Selasa, 15 November 2011

quote

Orang-orang yang bisa mencintai secara mendalam, tidak akan pernah tua; mungkin mereka akan meninggal dalam usia tua, tapi jiwa mereka tetep muda.
Benjamin Franklin (1706-1790)

cintaku....

Air mataku sudah membanjiri wajah ku ketika aku tahu bahwa cintaku akan pergi meninggalkan ku untuk selamanya. Semua itu terjadi karena kanker yang diderita kekasihku sejak kecil dan sudah tidak bisa untuk diobati.
Kini aku berada disampingnya sambil menggenggam erat tangannya dan hingga kini air mataku masih enggan untuk berhenti. Dia masih tertidur dengan lelapnya, entahlah yang ku lihat ini benar atau tidak, tapi wajahnya menyimpan jutaan ketenangan, seolah tak akan terjadi apa-apa dengan dirinya. Tapi sungguh dia pun tahu apa yang akan terjadi dengannya. Dan kini dia berusaha menyembunyikan rasa gelisah yang berkecamuk dalam dirinya. Kurasa itu untuk membuatku tenang.
Dia membuka matanya dan berkata pada ku. “Sayang, hapus air matamu, kau tahukan aku tidak suka melihat mu menangis terlebih karena aku.”
Senyum manis yang menghias di wajahnya sedikit menenangkan kegelisahanku. Akupun langsung menghapus air mataku, dan dia berkata lagi kepadaku.
“Kau tahu, bahwa tak ada hal yang paling membahagiakan dalam hidupku selain melihat mu bahagia, aku mencintaimu.”
Kata-kata di akhir kalimatanya tiba-tiba saja langsung menggetarkan hatiku.
“Aku juga sangat mencintaimu, melebihi apapun di dunia ini.” Ku lontarkan senyum ku untuk membuatnya senang.
“Baguslah, tapi kumohon jangan pernah sedih hanya karena aku... akan meninggalkanmu...”
Aku terkejut dengan kalimatnya. “Kumohon jangan ucapkan itu, aku percaya kau akan sembuh dan kita akan terus bersama selamanya, aku....”
“Sayang... kau tahu semua itu akan terjadi padaku suatu saat nanti, kumohon jangan perlakukan aku seperti ini.” Dia menutup matanya.
Aku sempat terkejut, tapi saat aku melihat garis detak jantunngnya masih berbentuk gelombang dan bukan garis lurus, itu berarti. Syukurlah... dia hanya tertidur. Wajahnya manis sekali.
Keesokan harinya, jam 5 sore, dimana ini adalah saat yang paling mendebarkan di dalam hidupku. Jantungku sungguh tak bisa menahan kejutan yang menyakitkan ini.
Detak jantung kekasihku melemah. Mungkin ini saat-saat yang sangat tidak kutunggu-tunggu.
Aku berusaha menahan air mataku, tapi susah sekali. Bahkan aku tidak sadar bahwa air mataku sudah keluar sederas ini. Tapi aku tetap berusaha untuk tegar dihadapannya yang terbujur lemah.
Beberapa jam setelah ini, masa-masa kritis itu sudah lewat, dia seperti sudah sehat. Sama sekali tidak seperti orang yang sedang sakit keras. Kami lama mengobrol sambil mengenang masa-masa indah saat kami pacaran di luar sana dulu.
Tapi, tiba-tiba kalimat yang keluar dari mulutnya, seakan telah menyayat-nyayat hatiku.
“Aku harus pergi, mungkin ini saat-saat terakhir kita bersama.” Dia tersenyum padaku, senyum termanisnya.
“Kau jangan pernah meninggalkan ku, kumohon, aku terlalu menyayangimu dan tak ingin kehilanganmu.”
“Ayolah...jangan bohongi dirimu sendiri, kau tahu ini akan terjadi, tersenyumlah demi kekasihmu ini, ini sudah waktuku.”
Walaupun dia tahu ini semua menyakitkan, tapi entah mengapa dia masih berusaha untuk membuat ku tenang. Aku pun tak ingin terlihat tak tenang di hadapannya. Semua ini demi permintaan terakhir darinya. Walau hatiku menangis, tapi semua tetap untuknya.
“Sayang, bagaimana pendapatmu tentang ku saat ini?” Tanyanya membuat ku heran.
Aku menggelengkan kepalaku. “Entahlah, tapi bagiku kau masih tetap kau yang lima belas tahun lalu ku kenal sebelum akhirnya kita memutuskan untuk berpacaran.”
“Benarkah aku masih tampak semuda itu?” Tanyanya lirih. “Sayang, terima kasih untuk cinta yang kau beri padaku selama ini.”
“Sayang... kau jangan berkata seperti itu, aku...” Kalimatku terpotong oleh bunyi alat pendeteksi detak jantung yang mulai melihatkan garis lurus pada sinarnya.
Aku panik dan kupanggil semua dokter yang lewat di luar kamar tanpa kuhiraukan telepon di dalam karena kepanikanku.
Dan tak lama setelah itu, dia telah benar-benar pergi meninggalkanku untuk selamanya. Tapi aku ingat kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya yang menunjukkan betapa dia bahagia karena aku mencintainya. Dan aku memang sangat mencintaimu, sayang.
Selamat jalan, kuikhlaskan kepergianmu demi kebahagiaanmu di tempat yang pasti masih asing bagimu. Dan disana kau pasti akan melihat betapa aku akan merindukanmu. Kau tetaplah kau yang masih kucintai hingga kini.

---love---

Entah sejak kapan aku mulai merasakan cinta. Tapi jujur ini kali pertama aku merasakan cinta yang seindah ini. Bahkan ini kali pertama aku rela melakukan apapun demi cintaku. Bukan untuk mendapatkan sosok tampannya yang baik hati, melainkan untuk mendapatkan senyum kebahagiaan yang menghias di balik ketampanannya yang melukiskan betapa sempurna sosoknya di mataku. Entahlah ini bualan atau bukan. Tapi yang jelas dialah yang terbaik yang ku jumpai hingga saat ini di dalam hidupku.